Kamis, 17 November 2016

Citra Iman

Terbangun hari ini, aku mengenakan jubah dan surban. Aku melangkahkan kaki menuju sebuah bangunan beratap kubah dipenuhi kaligrafi di segala sisi. Di mimbar, seorang lelaki dewasa berjanggut berkoar berapi-api tentang baik dan buruk, surga dan neraka; juga tentang betapa tercelanya si pengikut salib.

Keesokan hari, aku mengunjungi sebuah bangunan megah dengan jendela-jendela besar. Seorang renta berjubah berdiri di mimbar menyampaikan hal yang sama dengan si lelaki berjanggut. Bedanya, ia menyelipkan tentang kesabaran... inspirasi yang ia dapatkan lewat sebotol alkohol.

Tapi sepertinya aku terkagum pada perempuan cantik dengan senyum bibirnya yang menggoda. Mengenakan mantel, ia mengumbar salam dan mengajarkan kebaikan. Namun di malam hari kami bergumul dengan liar, tanpa busana, saling bertukar cairan.

Di lain hari, aku menjumpai mereka dengan dahi terdapat coretan... entah apa. Mereka menghormatiku, namun saat aku berbalik, mereka menistakanku sembari melakukan madat.

Tempi hari aku memutuskan untuk merenung saja dalam kesunyian dan kegelapan... tak perlu memikirkan dunia, toh aku sudah menyembah hewan dan siap dilahirkan kembali dalam wujud apapun... tentunya masih di dunia ini juga.

Ah, maaf... belakangan ini aku bukanlah diriku sendiri. Terbangun di pagi hari dalam tubuh orang lain.